LAPORAN PRAKTIKUM
LARUTAN
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
Nama
Kelompok :
1.
Siti
Ropita (13030654004)
2.
Ariska
Yuniar R (13030654015)
3.
Febrian
Deiza (13030654019)
4.
May
Puspitasari (13030654032)
PENDIDIKAN
IPA 2013 A
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sifat yang bergantung pada banyaknya
partikel zat terlarut dan tidak pada macamnya disebut sebagai sifat koligatif
larutan. Sifat koligatif larutan adalah sifat-sifat larutan yang tidak
tergantung pada jumlah jenis zat terlarut, tetapi tergantung pada konsentrasi
partikelnya. Beberapa sifat fisik suatu larutan berbeda dengan sifat pelarut
murninya. Sebagai contoh, air murni yang membeku pada suhu 0ºC, sedangkan
larutan yang menggunakan pelarut air membeku lebih dari 0ºC. Larutan yang
mengandung jumlah partikel zat terlarut yang sama, akan mempunyai sifat
koligatif yang sama, meskipun jenis zat yang dilarutkan pada masing-masing
larutan itu berbeda-beda. Makin banyak jumlah partikel zatterlarut makin besar
pula harga sifat koligatifnya. Sifat koligatif merupakan beberapa sifat fisis
larutan yang bergantung pada jumlah patikel zat terlarut, tetapi tidak
tergantung pada jenis zat terlarut tersebut.Sifat yang dibahas dalam praktikum
hanyalah kenaikan titik didih saja. Pada dasarnya, jika kedalaman suatu zat
pelarut dimasukkan zat lain yang tidak mudah menguap (non volatil), maka tenaga
bebas pelarut tersebut akan turun. Penurunan tenaga bebas ini akan menurunkan
hasrat zat pelarut untuk menjadi fase uapnya, sehingga tekanan uap pelarut
dalam larutan akan lebih rendah jika dibandingkan dengan tekanan uap pelarut
dalam keadaan murni. Sebagai larutan dibanding titik didih pelarut murni dalam
keberadaan zat terlarut non volatil. Besar nilai kenaikan titik didih ini dapat
digunakan sebagai dasar untuk menentukan berat molekul zat non volatil yang
terlarut.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
pengaruh larutan elektrolit dan non elektrolit terhadap kenaikan titik didih?
2. Bagaimana
perbandingan kenaikan titik didih aquades dan larutan elektrolit dan non
elektrolit
C.
Tujuan
1. Mengetahui pengaruh larutan
elektrolit dan non elektrolit terhadap kenaikan titik didih
2. Perbmengetahui andingan kenaikan titik
didih aquades dan larutan elektrolit dan non elektrolit.
D.
Hipotesis
1.
Titik didih larutan
elektrolit lebih tinggi daripada larutan non elektrolit
2.
NaCl merupakan
elektrolit dan sukrosa merupakan non elektrolit
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Larutan
Larutan adalah campuran antara dua zat atau lebih yang bersifat homogen.
Salah satu zat berfungsi sebagai pelarut (solvent) dan yang lain sebagai
zat terlarut (solute). Adanya perbedaan jumlah partikel zat terlarut dalam
suatu pelarut akan menyebabkan perbedaan sifat suatu larutan. Titik didih 1 mol
gula sama dengan titik didih 1 mol urea. Di dalam pelarut air gula dan urea
terpecah menjadi molekul-molekul yang jumlah partikelnya sama dalam wujud
padat. Sedangkan titik didih 1 mol garam dapur lebih tinggi dibanding titik
didih 1 mol gula. Jumlah partikel 1 mol gula berbeda dengan jumlah partikel
garam dapur dalam pelarut air. Garam dapur dalam pelarut air akan terurai
menjadi ion-ion (ion Na+ dan ion Cli), sehingga jumlah partikel garam dapur
lebih dari 1 mol. Titik didih adalah salah satu sifat koligatif larutan.Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan
yang tergantung pada jumlah partikel zat terlarut di dalam larutan tetapi tidak
tergantung pada jenis zat terlarutnya.
B. Sifat-Sifat Koligatif
Sifat koligatif larutan dibedakan menjadi dua yaitu:
1.
Sifat Koligatif
Larutan Nonelektrolit
2.
Sifat
koligatif larutan elektrolit
1) Sifat Koligatif Larutan Nonelektrolit
Sifat
koligatif larutan nonelektrolit meliputi: penurunan tekanan uap, kenaikan titik
didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmosis. Kita hanya mempelajari
sifat-sifat koligatif larutan nonelektrolit yang encer dan zat terlarutnya
nonvolatil (tidak mudah menguap).
·
Penurunan Tekanan Uap
Dalam mempelajari fenomena penurunan tekanan uap, kita harus paham
mengenai pengertian tekanan uap jenuh, tekanan uap pelarut murni, dan tekanan
uap larutan. Tekanan uap jenuh,
adalah tekanan suatu gas yang berada di atas zat cairnya dalam wadah/tempat
yang tertutup, di mana terjadi kesetimbangan dinamis antara gas/uap dan zat
cair. Tekanan uap pelarut murni,
adalah tekanan gas yang berada di atas permukaan pelarut murni dalam tempat
tertutup di mana terjadi kesetimbangan dinamis antara pelarut murni fase gas
dan cairnya. Tekanan uap larutan,
adalah tekanan gas yang berada di atas permukaan larutan dalam tempat tertutup,
di mana terjadi kesetimbangan dinamis antara fase gas dari pelarut dan larutan
fase cair.
![]() |


Jika pelarut murni
dimasukkan ke dalam wadah yang tertutup maka akan terjadi perpindahan partikel
fase cair ke fase gas dan sebaliknya dari fase gas ke fase cair. Setelah
beberapa saat jumlah partikel pelarut murni yang berubah dari fase cair ke fase
gas sama dengan jumlah partikel pelarut murni dari fase gas ke fase cair, sehingga
terjadi kesetimbangan dinamis. Jumlah partikel pelarut murni pada fase gas akan
memberikan tekanan yang disebut tekanan uap pelarut murni. Apabila ke dalam
pelarut murni ditambahkan zat terlarut nonvolatil maka hanya partikel pelarut saja
yang berubah menjadi fase gas dan membentuk tekanan uap larutan. Partikel zat
terlarut tetap dalam larutan dan justru menghalanghalangi/ menghambat penguapan
partikel pelarutnya. Sehingga tekanan uap larutan lebih kecil dibandingkan
tekanan uap pelarut murninya.
Perhatikan gambar
berikut!


·
Kenaikan Titik Didih
dan Penurunan Titik Beku
Suatu larutan yang mengalami penurunan tekanan uap maka akan mengalami
kenaikan titik didih (ΔTb) dan penurunan titik beku (ΔTf).
Ø Kenaikan titik didih (ΔTb)
Perhatikan diagram fase berikut!

Diagram P - T (tekanan -
suhu) ini menggambarkan hubungan antara tekanan dengan suhu suatu zat pada fase
padat, cair, gas, dan kesetimbangan fase.
![]() |
Titik didih larutan gula
lebih tinggi daripada titik didih air, mengapa? Adanya zat terlarut nonvolatil di
dalam larutan mengakibatkan penurunan tekanan uap larutan. Pelarut murni akan
mendidih jika tekanan uapnya sama dengan tekanan luar, demikian juga untuk larutan,
agar mendidih tekanan uap larutan harus sama dengan tekanan luar yang berarti
sama dengan tekanan uap pelarut murninya. Perbedaan tekanan uap larutan dan pelarut
murni ditunjukkan oleh kurva larutan dan kurva pelarut murni pada diagram P - T
dalam gambar. Karena tekanan uap larutan lebih kecil dari tekanan uap pelarut
murni maka kurva larutan terletak di bawah kurva pelarut murninya. Agar tekanan
uap larutan sama dengan tekanan uap pelarut murni (1 atm) maka suhu yang lebih
tinggi dari titik didih pelarut murni dibutuhkan agar larutan mendidih. Inilah
yang dinamakan kenaikan titik didih larutan relatif terhadap titik didih
pelarut murni dan dapat dirumuskan:


Kb = tetapan larutan
Nilai Kb bergantung pada jenis pelarut

C. SIFAT
KOLIGATIF LARUTAN ELEKTROLIT
Dalam
menghitung nilai sifat koligatif larutan elektrolit maka persamaan-persamaan
dalam larutan nonelektrolit dapat digunakan dengan menambahkan faktor i yang
diusulkan oleh Van't Hoff (1880). Nilai faktor Van't Hoff merupakan
perbandingan antara efek koligatif larutan elektrolit dengan nonelektrolit pada
konsentrasi yang sama. Kita dapat menuliskan kembali persamaan penurunan
tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku dan tekanan osmosis
untuk larutan elektrolit sebagai berikut.

BAB
III
METODE
PENELITIAN
A.
Jenis
Penelitian
Penelitian
Sifat Koligatif Larutan termasuk kedalam jenis eksperimen.
B.
Tempat
dan Waktu Penelitian
Praktikum
Sifat Koligatif Larutan di lakukan di Laboratorium IPA Unesa Ketintang pada
hari Senin tanggal 9 Maret 2015 pukul 07.00 WIB.
C.
Alat
dan Bahan
·
Alat :
1. Gelas
Kimia 2 buah
2. Pembakar
spiritus 1 buah
3. Kasa 1 buah
4. Kaki
Tiga 1 buah
5. Termometer 1 buah
6. Neraca
digital 1 buah
·
Bahan :
1. Aquades 350 ml
2. Sukrosa 30 gr
3. NaCl 30 gr
D.
Variabel
1. Variabel
kontrol : alat, volume aquades
2. Variabel
manipulasi : jenis dan massa bahan
3. Variabel
respon : suhu titik didih dan
waktu
E.
Definisi
Operasional Variabel
1. Variabel
kontrol : Alat (gelas kimia, pembakar spiritus, kasa, kaki tiga,
Termometer,
neraca digital)
Menggunakan
aquades sebagai pelarut dengan volume setiap percobaan sebanyak 50 ml
2. Variabel
manipulasi : Jenis bahan (sukrosa dan NaCl)
Massa
bahan (Sukrosa 5 gr, 10 gr, 15 gr dan NaCl 5 gr, 10 gr, 15 gr)
3. Variabel
respon : Titik didih air, sukrosa dan NaCl
Waktu
yang dibutuhkan sampai suhu konstan
F.
Langkah
Kerja
I.
Titik didih air :
1. Memasukkan
aquades sebanyak 50 ml ke dalam gelas kimia
2. Mendidihkan
aquades hingga mendidih hingga suhu konstan dengan menggunakan termometer
3. Diukur
waktu dan suhu
4. Dicatat
waktu dan suhu
II.
NaCl :
1. Memasukkan
aquades dengan volume yang telah ditentukan sebanyak 50 ml
2. Masukkan
NaCl dengan massa yang telah ditentukan dalam gelas kimia
3. Didihkan
NaCl dan aquades dalam gelas kimia tersebut hingga suhu konstan
4. Ukur
suhu larutan yang telah mendidih dengan termometer
5. Catat
waktu dan suhu saat larutan mendidih
6. Diulangi
sebanyak 3 kali dengan massa NaCl sebanyak 5 gr, 10 gr dan 15 gr
III.
Sukrosa
1. Memasukkan
aquades dengan volume yang telah ditentukan sebanyak 50 ml
2. Masukkan
Sukrosa dengan massa yang telah ditentukan dalam gelas kimia
3. Didihkan
Sukrosa dan aquades dalam gelas kimia tersebut hingga suhu konstan
4. Ukur
suhu larutan yang telah mendidih dengan termometer
5. Catat
waktu dan suhu saat larutan mendidih
6. Diulangi
sebanyak 3 kali dengan massa Sukrosa sebanyak 5 gr, 10 gr dan 15 gr
G.
Alur Percobaan
I. Aquades
![]() |
II. NaCl
![]() |
III. Sukrosa
![]() |
BAB
IV
DATA
DAN ANALISIS
A.
Data
No.
|
Jenis Bahan
|
Massa
|
Suhu (
![]() |
Waktu (menit)
|
Keterangan
|
1.
|
Aquades 50 ml
|
-
|
70
|
5
|
+
|
92
|
10
|
++
|
|||
92
|
11
|
++
|
|||
93
|
12
|
+++
|
|||
93
|
13
|
+++
|
|||
93
|
14
|
+++
|
|||
93
|
15
|
+++
|
|||
2.
|
NaCl
|
5 gram
|
87
|
5
|
+
|
91
|
10
|
++
|
|||
94
|
15
|
+++
|
|||
95
|
16
|
+++
|
|||
96
|
17
|
+++
|
|||
96
|
18
|
+++
|
|||
96
|
19
|
+++
|
|||
10 gram
|
90
|
5
|
+
|
||
95
|
10
|
++
|
|||
96
|
11
|
++
|
|||
96
|
12
|
+++
|
|||
96
|
13
|
+++
|
|||
15 gram
|
86
|
5
|
+
|
||
100
|
10
|
++
|
|||
101
|
11
|
+++
|
|||
102
|
12
|
+++
|
|||
102
|
13
|
+++
|
|||
|
102
|
14
|
+++
|
||
3.
|
Sukrosa
|
5 gram
|
88
|
5
|
+
|
91
|
10
|
++
|
|||
92
|
11
|
++
|
|||
93
|
12
|
+++
|
|||
93
|
13
|
+++
|
|||
93
|
14
|
+++
|
|||
10 gram
|
92
|
5
|
+
|
||
93
|
10
|
++
|
|||
94
|
11
|
+++
|
|||
94
|
12
|
+++
|
|||
94
|
13
|
+++
|
|||
15 gram
|
92
|
5
|
+
|
||
94
|
10
|
+++
|
|||
|
|
|
95
|
11
|
+++
|
95
|
12
|
+++
|
|||
95
|
13
|
+++
|
Keterangan :
+
: Gelembung belum ada
++
: Gelembung sedikit
+++ : Gelembung banyak
B.
Analisis
Saat aquades 50 ml di panaskan dalam 5 menit
pertama suhu yang di dapatkan yaitu 70˚C ,setelah 10 menit suhu air meningkat
sehingga suhu menjadi 92˚C setelah 11 menit suhu tetap 92˚C sedangkan pada
menit ke 12 suhu air yang di panaskan menjadi 93˚C dan sampai menit ke 15csuhu
tetap 93˚C sehingga air di panaskan konstan pada suhu 93˚C dalam waktu 15 menit
dan saat 15 menit gelembung sudah banyak.
NaCl
5 gram yang di campur dengan aquades 50 ml di panaskan. Saat 5 menit pertama
suhu yaitu 87˚C,saat 10 menit suhu meningkat menjadi 91˚C,15 menit suhu menjadi
94˚C,saat menit ke 16 suhu menjadi 95˚C sedangkan saat menit ke 17-19 suhu
menjadi 96˚C sehingga suhu konstan pada 96˚C pada menit ke 19 dan gelembung
banyak. Sedangkan NaCl 10 gram yang di
campur dengan aquades 50 ml di panaskan. Saat 5 menit pertama suhu yaitu
90˚C,saat 10 menit suhu meningkat menjadi 95˚C,setelah menit ke 11 sampai ke 13
suhu menjadi 96˚C. sehingga suhu konstan pada menit ke 13 yaitu suhu 96˚C. dan
sudah terdapat banyak gelembung. NaCl 15 gram yang di campur dengan aquades 50
ml di panaskan. Saat 5 menit pertama suhu yaitu 86˚C,saat 10 menit 100˚C saat
menit ke 11 suhu menjadi 101˚C dan saat menit ke 12-14 suhu menjadi 102˚c
sehingga suhu menjadi konstan 104˚C pada menit ke 14 dan gelembung banyak.
Sukrosa
5 gram di campurkan dengan air 50 ml dan di panaskan. Pada 5 menit pertama suhu
menjadi 88˚C,pada menit ke 10 suhu menjadi 91˚C,pada menit ke 11 suhu menjadi
92˚C dan saat menit ke 12 sampai 14 suhu menjadi 93˚C. sehingga suhu konstan
pada 93˚C dan telah banyak gelombang. Sukrosa 10 gram di campurkan dengan air
50 ml dan di panaskan. Pada 5 menit pertama suhu menjadi 92˚C,pada menit ke 10
suhu menjadi 93˚C,pada menit ke 11 sampai ke 13 suhu menjadi 94˚C. sehingga
suhu konstan pada 94˚C pada menit ke 13dan gelembung menjadi banyak. Sukrosa 15
gram di campurkan dengan air 50 ml dan di panaskan. Pada 5 menit pertama suhu
menjadi 92˚C,pada menit ke 10 suhu menjadi 94˚C,pada menit ke 11 sampai 13 suhu
95˚C. sehingga suhu konstan pada menit ke 13 yaitu suhu 95˚C dan gelembung
menjadi banyak.
C.
Pembahasan
Pada data di sebutkan suhu konstan air saat di
panaskan yaitu saat 93˚C. NaCl merupakan larutan elektrolit saat 5 gram NaCl di larutkan titik
didih yaitu 103,42 ˚C,saat 10 gram NaCl di larutkan yaitu 103,50˚C dan saat NaCl 15 gram NaCl di larutkan titik didih
berada pada 152,53˚C. Sedangkan pada sukrosa merupakan larutan non elektrolit massa 5 gram Sukrosa
di larutkan titik didih yang di dapatkan adalah 100,14˚C,saat 10 gram Sukrosa di larutkan titik didih menjadi
100,29˚C dan saat 15 gram Sukrosa di larutkan yaitu 100,4˚C. di lihat dari titik didihnya maka perbandingan titik
didih NaCl dan sukrosa dengan massa yang sama 5 gram akan lebih tinggi NaCl
yaitu 103,42˚C.
Sedangkan massa NaCl dan Sukrosa 10 gram
titik didih lebih tinggi titik didih NaCl yaitu 103,50˚C. Dan saat masa NaCl dan Sukrosa 15 gram titik didih
paling tinggi yaitu pada NaCl yaitu 152,53˚C. titik didih NaCl akan lebih tinggi dari titik didih
sukrosa di karenakan NaCl merupakan larutan elektrolit sedangkan Sukrosa adalah
larutan non elektrolit sehingga titik didih sukrosa akan lebih rendah di
bandingkan dengan titik didih NaCl. sehingga di bandingkan bahwa larutan
elektrolit mempunyai titik didih yang lebih tinggi di bandingkan dengan yang
larutan non elektrollit. Sehingga saat di bandingkan maka terlihat bahwa larutan
elektrolit akan lebih tinggi titik didihnya di bandingkan dengan larutan non
elektrolit yaitu sukrosa.
Perbandingan titik didih elektrolit dan nonelektrolit
di bandingkan dengan titik didih air. Sedangkan titik didih air yaitu 93˚C. Saat 5 gram NaCl di larutkan titik didih yaitu 103,42 ˚C,saat 10 gram NaCl di larutkan yaitu 103,50˚C dan saat NaCl 15 gram NaCl di larutkan titik didih
berada pada 152,53˚C. Sedangkan pada sukrosa merupakan larutan non elektrolit massa 5 gram
Sukrosa di larutkan titik didih yang di dapatkan adalah 100,14˚C,saat 10 gram Sukrosa di larutkan titik didih menjadi
100,29˚C dan saat 15 gram Sukrosa di larutkan yaitu 100,4˚C. di lihat dari titik didihnya maka perbandingan titik
didih NaCl dan sukrosa dengan massa yang sama 5 gram akan lebih tinggi NaCl
yaitu 103,42˚C.
Sedangkan massa NaCl dan Sukrosa 10 gram
titik didih lebih tinggi titik didih NaCl yaitu 103,50˚C. Dan saat masa NaCl dan Sukrosa 15 gram titik didih
paling tinggi yaitu pada NaCl yaitu 152,53˚C. titik didih air akan lebih kecil di bandingkan
dengan titik didih larutan NaCl dan Sukrosa. Ini di karenakan Titik didih larutan NaCl dan Sukrosa terdapat adanya
zat terlarut nonvolatil di dalam larutan mengakibatkan penurunan tekanan uap
larutan. Pelarut murni akan mendidih jika tekanan uapnya sama dengan tekanan
luar, demikian juga untuk larutan, agar mendidih tekanan uap larutan harus sama
dengan tekanan luar yang berarti sama dengan tekanan uap pelarut murninya sehingga larutan NaCl ataupun Sukrosa
akan lebih tinggi titik didihnya di bandingkan dengan titik didih air.
BAB V
KESIMPULAN
- Kesimpulan
Dari percobaan di atas dapat di simpulkan bahwa
larutan elektrolit yitu NaCl dan larutan non elektrolit adalah sukrosa. Dan
titik didih larutan NaCl akan lebih tinggi di bandingkan dengan titik didih
Sukrosa.karena NaCl merupakan larutan elektrolit sedangkan Sukrosa merupakan
larutan non elektrolit sehingga titik didihnya lebih rendah. Sedangkan titik
didih air akan lebih kecil di bandingkan oleh titik didih larutan NaCl dan
Sukrosa. Karena air merupakan pelarut murni tanpa adanya suatu pelarut.
Change,Raymond.2003.Kimia
Dasar Jilid 1/Edisi ketiga.Jakarta:Erlangga
Nisa,Asri.2010.Sifat Kimia Koligatif (Jurnal) online
tersedia https://www.scribd.com/doc/125750928/Sifat-Koligatif-Larutan-JURNAL-Repaired.
Diakses pada tanggal 13 maret 2015 pukul 7.15 WIB
Sukarjo.2006.Chemistry.Jakarta:PT
Bumi Aksara
Sugiarto,Bambang.2010.Kimia
Dasar.Surabaya:Unesa university Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar