LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME
UJI KARBOHIDRAT
Disusun
oleh:
Kelompok 7
1. Siti
Ropita (13030654004)
2. Ariska
Yuniar (13030654015)
- Febrian Deiza I. H. (13030654019)
- May Puspitasari (13030654032)
5. Benazir
Amalia (13030654039)
6. Widya
Lestari (11030654204)
Prodi
Pendidikan IPA A 2013
Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas
Negeri Surabaya
2015
Abstark
Praktikum
yang di laksanakan di laboratirium Pend. Sains FMIPA-UNESA bertujuan untuk
Untuk menunjukan adanya gugus aldehid dan keton dalam keadaan bebas. Di mana
mengunakan metode eksperimen
mengunakan uji Fehling A+B dan uji Benedict. Bahan yang di gunakan yaitu
glukosa,sukrosa, laktosa, glukosa infus, vitamin
C, pati dan urin.
Percobaan pertama semple bahan akan di beri Fehling A+B serta percobaan ke dua
semple di beri Benedict. Dari data Dari percobaan yang
telah kami lakukan dapat diambil bahwa sampel glukosa, laktosa, glukosa infus
mengalami reaksi positif. Sukrosa tidak seharusnya bereaksi positif pada uji
benedict. pada sampel vitamin C, sukrosa, glukosa, laktosa, dan glukosa infus
menunjukkan hasil positif terhadap uji fehling. hal tersebut membuktikan bahwa
terjadi pembongkaran gugus aldehid pada sampel yang menghasilkan asam
karboksilat, CU2O berupa endapan merah, dan air. Sedangkan pada
sampel pati dan urin menunjukkan hasil negatif terhadap uji fehling karena
konsentrasi gula atau kadar gula yang terdapat pada larutan pati dan urin
sangat rendah sehingga pembongkaran gugus aldehid yang terjadi sangat kecil dan
tidak dapat terlihat. Pada
uji Benedict samel yang mengalami reaksi negatif pada percobaan ini
yakni vitamin C, pati dan urin. Hal tersebut dikarenakan pada sampel yang
bereaksi positif terdapat gula pereduksi yakni aldehid dan keton dalam keadaan
bebas sedangkan untuk sampel yang bereaksi negatif tidak terdapat hal serupa.
Kata kunci: Fehling A+B,Benedict
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kita mengenal berbagai jenis karbohidart, baik yang berfungsi sebagai pembangun struktur maupun yang berperan fungsional dalam proses metabolisme. Karbohidrat merupakan senyawa aldehida atau keton yangmempunyai
gugus hidroksil. Senyawa-senyawa ini menyusun sebagian besar bahanorganik
didunia, karena peran multipelnya pada semua bentuk kehidupan.Karbohidrat
bertindak sebagai sumber energi, bahan bakar, dan zat antarametabolisme.Berbagai
uji telah dikembangkan untuk analisis baik kualitatif maupunkuantitatif
terhadap keberadaan karbohidrat. Mulai dari yang membedakankarbohidrat dari
senyawa lain sampai pada yang mampu membedakan jenis-jeniskarbohidrat secara
spesifik.Pada percobaan ini, akan melakukan analisa terhadap suatu analit
yangmengandung karbohidrat dengan uji fehling dan uji benedict.
B.
Rumusan
Masalah
Dari
latar belakang diatas di dapat rumusan masalah sebagi berikut:
1. Bagaimana
indikasi adanya gugus aldehid dan keton dalam keadaan bebas pada uji fehling
dan uji benedict
Tujuan
dari praktikum ini yaitu :
1. Untuk
menunjukan adanya gugus aldehid dan keton dalam keadaan bebas
BAB
II
DASAR TEORI
A. Gugus aldehid dan keton
![]() |
Sebagaimana diketahui bahwa senyawa aldehid, keton dan asam-asam karboksilat adalah senyawa-senyawa yang mengandung gugus karbonil. Semua senyawa ini termasuk turunan dari senyawa hidrokarbon. Perbedaan yang jelas dari ketiga senyawa ini hanya terdapat pada gugus yang lain menempel selain gugus karbonil yaitu gugus H pada aldehid, gugus OH pada asam karboksilat dan gugus alkil pada senyawa keton.
Gambar 2.1 gugus
keton,karboksil dan aldehid
Salah satu senyawa aldehid yang sangat penting
adalah formaldehid, yaitu jenis senyawa yang sering digunakan untuk bahan
penghilang bau dan pengawet. Titik pusat reaksitifitas senyawa aldehid dan
keton adalah ikatan pi dari gugus karbonilnya. Seperti senyawa alkena, senyawa
aldehid dan keton juga mengalami peristiwa adisi pada ikatan pi-nya.
Kereaktifan ini disebabkan oleh adanya muatan positif pada atom karbon yang
mengikat gugus karbonil. Makin besar muatan yang berada pada atom karbon itu,
maka senyawa semakin reaktif.
B. Uji Fehling
Uji Fehling Pereaksi ini dapat
direduksi selain oleh karbohidrat yang mempunyai sifat mereduksi, juga dapat
direduksi oleh reduktor lain. Pereaksi Fehling terdiri atas dua larutan yaitu
larutan Fehling A dan larutan Fehling B. Larutan Fehling A adalah larutan CuSO4
dalam air, sedangkan larutan Fehling B adalah larutan garam K-Na-tartrat dan
NaOH dalam air. Kedua macam larutan ini disimpan terpisah dan baru dicampur
menjelang digunakan untuk memeriksa suatu karbohidrat. Dalam pereaksi ini ion
CU2+ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa
akan diendapkan sebagai Cu2O.
![]() |
2.2 Gambar reaksi uji fehling
Dengan larutan glukosa 1% ,
pereaksi Fehling menghasilkan endapan merah bata, sedangkan apabila digunakan
larutan yang lebih encer misalnya larutan glukosa 0,1%, endapan yang terjadi
berwarna hijau kekuningan (Poedjiadi.A, 2006).
C. Uji Benedict
Pereaksi Benedict terdiri dari
tembaga sulfat dalam larutan natrium karbonat dan natrium sitrat yang dapat
mereduksi glukosa. Dimana glukosa terlebih dahulu dioksidasi dalam bentuk garam
asam glukoronat. Reaksi ini juga akan membentuk endapan merah bata Cu2O dan
produk oksidasi lainnya. Adapun reaksinya sebagai berikut :

Gambar 2.3 reaksi pereduksi dengan
pereaksi benedict (McKee,1996)
D. Karbohidrat
Karbohidrat didefinisikan sebagai
senyawa yang unsurunsurnya terdiri dari karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O),
dengan perbandingan empiris unsur-unsurnya (CH2O)n. senyawa karbohidrat dibagi
dalam tiga golongan utama yang terdiri dari monosakarida, oligosakarida, dan
polisakarida.
Monosakarida merupakan suatu
senyawa polihidroksi aldehid (aldosa) dan polihidroksil keton. Pada umumnya
monosakarida bersifat optis aktif, mudah larut dalam air, berupa zat padat
putih, bila dipanaskan akan berbau karamel dan mempunyai sifat mereduksi.
Contoh dari senyawa monosakarida yaitu glukosa, galaktosa, fruktosa, dan
sebagainya. Oligosakarida terdiri dari dua atau lebih monosakarida yang
dihubungkan dengan ikatan glikosida. Senyawa tersebut dapat dihidrolisa dalam
suasana asam menghasilkan monosakarida. Contoh dari senyawa ini antara lain
adalah sukrosa, laktosa, dan maltosa.
E. Larutan Sukrosa
Sukrosa merupakan senyawa heterodisakarida
yaitu hasil dari penggabungan dua buah unit karbon monosakrida yaitu glukosa
dan fruktosa. Sukrosa juga merupakan senyawa non-ionik dalam bentuk bebas dan mempunyai
sifat pengemulsi (emulsifying), pembusaan (foaming), deterjensi (detergency)
dan pelarutan (solubizing) yang sangat baik.

Gambar 2.4 Struktur kimia dari
sukrosa
F. Vitamin C
Vitamin C (Taylor, 1993) adalah salah
satu zat gizi yang berperan sebagai antioksidan dan efektif mengatasi radikal bebas
yang dapat merusak sel atau jaringan, termasuk melindungi lensa dari kerusakan
oksidatif yang ditimbulkan oleh radiasi. Status vitamin C seseorang sangat tergantung
dari usia, jenis kelamin, asupan vitamin C harian, kemampuan absorpsi dan
ekskresi, serta adanya penyakit tertentu (Schetman, 1989). Rendahnya asupan
serat dapat mempengaruhi asupan vitamin C karena bahan makanan sumber serat dan
buah-buahan juga merupakan sumber vitamin C (Narins, 1996).
G.
Glukosa
Glukosa adalah salah satu monosakarida sederhana yang
mempunyai rumus molekul C6H12O6 atau
H-(C=O)-(CHOH)5-H, dengan lima gugus hidroksi tersusun spesifik pada enam atom
karbon.. Kata glukosa diambil dari bahasa Yunani yaitu glukus yang berarti
manis, karena memang nyata bahwa glukosa mempunyai rasa manis. Nama lain dari
glukosa antara lain dekstrosa, D-glukosa, atau gula buah karena glukosa banyak
terdapat pada buah-buahan.
Glukosa merupakan suatu aldoheksosa yang mempunyai sifat dapat memutar cahaya
terpolarisasi ke arah kanan.
![]() |
|
|
2.5 stuktur tiga dan dua dimensi glukosa
Dalam
biologi, glukosa memegang pernan yang sangat penting, antara lain sebagai
sumber energi dan intermediet metabolisme. Glukosa merupakan salah satu produk
fotosintesis dan merupakan bahan bakar respirasi seluler. Glukosa berada dalam
beberapa struktur yang dapat dibagi menjadi dua stereoisomer
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian Uji Fehling dan Uji
Benedict termasuk kedalam jenis eksperimen.
B. Rancangan Percobaan
1. Uji
Fehling
![]() |
![]() |
|||||||||||
![]() |
||||||||||||
![]() |
||||||||||||
![]() |
![]() |
|||||||||||
![]() |
||||||||||||
2. Uji
Benedict
![]() |
![]() |
![]() |
|||||||
![]() |
![]() |
||||||||
C. Alat dan Bahan
1. Uji
Fehling
Alat :
a. Tabung
reaksi 7 buah
b. Rak tabung
reaksi 1 buah
c. Pembakar
spirtus 1 buah
d. Korek api 1 buah
e. Penjepit
kayu 1 buah
Bahan :
a. Larutan
laktosa 1 ml
b. Larutan pati 1 ml
c. Larutan
sukrosa 1 ml
d. Larutan
glukosa 1 ml
e. Larutan
vitamin C 1 ml
f. Urin normal 1
ml
g. Larutan
glukosa infus 1 ml
h. Fehling A 14 ml
i. Fehling B 14
ml
2. Uji
Benedict
Alat :
a. Tabung
reaksi 7
buah
b. Rak tabung
reaksi 1 buah
c. Pembakar
spirtus 1 buah
d. Korek api 1 buah
e. Penjepit
kayu 1 buah
Bahan :
a. Larutan
laktosa 4 tetes
b. Larutan pati 4 tetes
c. Larutan
sukrosa 4 tetes
d. Larutan
glukosa 4 tetes
e. Larutan
vitamin C 4 tetes
f. Urin normal 4
tetes
g. Larutan
glukosa infus 4 tetes
h. Larutan
Benedict 17,5 ml
D. Variabel
a.
Variabel manipulasi :
jenis sampel
Definisi operasional variabel : jenis sampel yang digunakan yaitu larutan laktosa, larutan pati,
larutan sukrosa, larutan glukosa, larutan vitamin C, lurin normal dan larutan
glukosa infus.
b.
Variabel kontrol :
jumlah tetesan pereaksi
Definisi
operasional variabel : pereaksi diteteskan dengan perbandingan 1 : 2 : 2
c.
Variabel respon :
perubahan warna
Definisi operasional variabel : perubahan warna dan endapan
pada larutan sampel setelah ditetesi pereaksi
E. Langkah Kerja
1. Uji
Fehling
a. Memipet
larutan sampel, fehling A, serta fehling B dengan perbandingan 1 : 2: 2 dan memasukkan ke dalam tabung
teaksi
b. Panaskan
dengan nyala api sampai mendidih
c. Mengamati
terjadinya endapan dan perubahan warna
2. Uji
Benedict
a. Memipet 2,5
ml larutan benedict ke dalam tabung reaksi
b. Menambahkan
4 tetes larutan sampel
c.
Panaskan dengan nyala api sampai mendidih
d.
Mengamati terjadinya endapan dan perubahan warna
F. Alur Kerja
1. Uji
Fehling
![]() |
2.
Uji Benedict
![]() |
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
A.
Data
No
|
Sampel Bahan
|
Uji Fehling
|
Uji Benedict
|
||
Sebelum dipanaskan
|
Setelah dipanaskan (ditambah fehling A dan B)
|
Sebelum dipanaskan
|
Setelah dipanaskan (ditambah Benedict)
|
||
1
|
Vitamin C
|
Berwarna Kuning
|
Merah kehijauan + endapan Oranye
|
Kuning
|
Hijau kecoklatan
|
2
|
Sukrosa
|
tidak berwarna
|
Merah bata + endapan merah bata
|
Tidak berwarna
|
Hijau kecoklatan + endapan merah bata
|
3
|
Pati
|
Berwarna putih keruh
|
Biru, tidak ada endapan
|
Putih keruh
|
Biru, tidak ada endapan
|
4
|
glukosa
|
Tidak berwarna
|
Merah bata + endapan merah bata
|
Tidak berwarna
|
Merah bata + endapan merah bata
|
5
|
Laktosa
|
Berwarna putih
|
Oranye + endapan merah bata
|
Putih
|
Hijau muda + endapan kuning
|
6
|
Glukosa infus
|
Tidak berwarna
|
Merah keoranyean
|
Tidak berwarna
|
Oranye kemerahan + endapan merah
|
7
|
Urin
|
Kuning
|
Biru, tidak ada endapan
|
Kuning
|
Biru, tidak ada endapan
|
B.
Analisis
Uji
Fehling
Berdasarkan
percobaan yang kami lakukan, didapatkan hasil bahwa vitamin C sebelum
ditambahkan Fehling A & B dan sebelum dipanaskan berwarna kuning. Setelah
ditanbahkan Fehling A&B dan dipanaskan, menjadi berwarna merah kehijauan.
Sukrosa sebelum ditambahkan fehling A&B dan sebelum dipanaskan tidak
berwarna. Setelah ditambahkan fehling A&B dan dipanaskan menjadi berwarna
merah bataa dan terdapat endapan berwarna merah bata. Pati sebelum ditambahkan
Fehling A&B dan sebelum dipanaskan berwarna putikeruh. Setelah dipanaskan
dan ditambahkan fehling A&B menjadi berwarna biru dan tidak ada endapan.
Glukosa sebelum ditambahkan fehling A&B dan dipanaskan tidak berwarna,
namun setelah ditambahkan fehling A&B dan dipanaskan menjadi berwarna merah
bata dan terdapat endapan berwarna merah bata. Laktosa sebelum ditambahkan
fehling A&B dan sebelum dipanaskan berwarna putih. Setelah dipanaskan dan
ditambahkan Fehling A&B berwarna oranye dan terdapat endapan berwarna merah
bata. Glukosa infus sebelum ditambahkan fehling A&B dan sebelum dipaanaskan
berwarna tidak berwarna. Setelah ditanbahkan fehling A&B dan dipanaskan
menjadi berwarna merah keoranyean. Urin sebelum ditambahkan Fehling A&B dan
sebelum dipanaskan berwarna kuning. Setelah ditambahkan fehling A&B dan
dipanaskan, urin menjadi berwarna biru dan tidak ada endapan.
Uji Benedict
Pada percobaan ini,
kami ingin membuktikan adanya gugus aldehid dan keton dalam keadaan bebas pada
suatu bahan. Dalam uji ini,
suatu gula reduksi dapat dibuktikan dengan terbentuknya endapan yang berwarna
merah bata. Akan tetapi tidak selamanya warna larutan atau endapan yang
terbentuk berwarna merah bata, hal ini bergantung pada konsentrasi atau kadar
gula reduksi yang dikandung oleh tiap-tiap larutan sampel.
Reaksi
positif yang menandakan adanya gugus
aldehid dan keton dalam keadaan bebas (gula pereduksi) yaitu
terbentuknya endapan
warna merah bata. Pada uji
ini reaksi negatif juga dapat diketahui dengan berubahnya larutan menjadi
berwarna biru dan tidak terbentuk endapan ketika ditambahkan larutan benedict
yang kemudian dipanaskan.
Berdasarkan percobaan, sampel yang mengalami reaksi positif pada uji benedict
yaitu: sukrosa, glukosa, laktosa dan glukosa infus, sedangkan sampel yang
bereaksi negatif yaitu: vitamin C, pati, dan urin. Pada sampel yang bereaksi
positif hasil yang ditunjukkan relatif sama, hanya berbeda pada warna larutan.
Hal tersebut bergantung pada kadar karbohidrat dalam tiap bahan. Beberapa
sampel yang bereaksi negatif menunjukkan hasil yang sama yakni berwarna biru
dan tidak terdapat endapan.
- Pembahasan
Uji Fehling

Hasil
percobaan yang kami lakukan dapat diketahui bahwa pada Vitamin C menunjukkan
hasil positif terhadap uji fehling karena setelah dipanaskan dan ditambahkan
larutan feling, sampel pada vitamin C menunjukkan adanya endapan berwarna
oranye. Dengan terbentuknya endapan merah bata, menunjukkan bahwa gugus aldehid
pada sampel terbongkar ikatannya dan bereaksi dengan ion OH- dan
membentuk asam karboksilat.
Pada larutan
sukrosa juga menunjukkan hasil positif terhadapt uji fehling karena setelah
ditambahkan larutan fehling dan dipanaskan, sampel pada larutan sukrosa
menunjukkan adanya endapan berwarna merah bata. Dengan adanya endapan merah
bata, menunjukkan bahwa gugus aldehid pada sampel terbongkar ikatannya dan
bereaksi dengan ion OH- dan membentuk asam karboksilat.
Pada larutan pati,
menunjukkan hasil negatif terhadap uji fehling. Hal ini ditunjukkan dengan
tidak terbentuknya endapan. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor
diantaranya konstrasi larutan pati yang dibuat terlalu kecil, atau terjadinya human error saat proses pembuatan
larutan pati.
Pada larutan
glukosa menunjukkan hasil positif terhadap uji fehling. Hal ini ditunjukkan
dengan adanya perubahan warna menjadi merah bata dan adanya endapan yang
berwarna merah bata. Dengan adanya endapan merah bata, dapat diketahui bahwa
gugus aldehid yang ada pada sampel terbongkar ikatannya dan bereaksi dengan ion
OH- dan membentuk asam karboksilat.
Pada larutan
laktosa menunjukkan hasil positif terhadap uji fehling. Hal ini ditunjukkan
dengan adanya perubahan warna menjadi oranye dan terdapat endapan berwarna
merah bata. Dengan demikian dapat diketahui bahwa gugus aldehid yang ada pada
sampel laktosa terbongkar ikatannya dan bereaksi dengan ion OH- dan
membentuk asam karboksilat.
Pada larutan
glukosa infus menunjukkan hasil positif terhadap uji fehling. Hal ini
ditunjukkan dengan terjadinya perubahan warna sampel setelah dipansakn menjadi
warna merah keoranyean. Namun tidak terdapat endapan pada sampel tersebut
setelah dipanaskan. Hal ini disebabkan karena rendahnya konsentrasi glukosa
pada glukosa infus.
Pada urin
menunjukkan hasil negatif terhadap uji fehling. hal ini ditunjukkan dengan
tidak terbentuknya endapan serta tidak terjadinya perubahan warna setelah
sampel dipanaskan. Hal tersebut dapat terjadi karena kadar gula yang terdapat
pada urin sangat rendah sehingga tidak terjadi pembongkaran gugus aldehid yang
ada pada sampel urin.
Uji
Benedict
Terjadi reaksi
positif pada sampel sukrosa, glukosa, laktosa dan glukosa infus. Terbentuknya endapan merah bata ini sebagai hasil
reduksi ion Cu2+ menjadi ion Cu+ oleh suatu gugus aldehid
atau keton bebas yang terkandung dalam gula reduksi yang berlangsung dalam
suasana alkalis (basa). Sifat basa yang dimilki oleh pereaksi Benedict ini
dikarenakan adanya senyawa natrium karbonat. Dalam literatur glukosa dan fruktosa
memiliki gugus pereduksi bebas sehingga dapat bereaksi positif dalam uji
benedict, sedangkan sukrosa tidak memiliki gugus pereduksi bebas karena sukrosa
terdiri dari glukosa dan fruktosa yang berikatan sehingga tidak lagi memiliki
gugus pereduksi bebas yang bermutarotasi menjadi rantai
terbuka (Sawhney, 2005). Fruktosa merupakan
gugus keton, sedangkan glukosa merupakan gugus aldehid. Gugus keton akan lebih
mudah bereaksi daripada gugus aldehid karena gugus keton langsung bisa
didehidrasi menjadi furfural. Sedangkan aldehid harus diubah menjadi keton dulu
baru kemudian didehidrasi menjadi furfural. Jadi fruktosa lebih cepat bereaksi
daripada glukosa. Dalam hal ini terjadi kesalahan pada sampel sukrosa, hal ini
dimungkinkan karena sampel sukrosa sendiri yang sudah lama disimpan sehingga
mungkin terjadi oksidasi.
Reaksi negatif
dialami oleh sampel vitamin C, pati, dan urin. Hal tersebut dikarenakan pati
dan vitamin C tidak memiliki gugus
karbonil bebas sehingga tidak memilki sifat pereduksi dan memberikan hasil negatif terhadap uji benedict. Pernyataan tersebut tidak berlaku untuk urin, pada urin
normal seharusnya tidak ditemukan kandungan karbohidrat. Karbohidrat sangat
diperlukan oleh tubuh manusia, sehingga pada pembentukan urin di tahap
reabsorbsi zat tersebut termasuk yang diserap kembali. Urin
yang mengandung glukosa dapat menjadi tanda adanya penyakit diabetes. Urin yang digunakan pada percobaan ini diketahui
merupakan urin normal dari seseorang yang tidak menderita penyakit diabetes
sehingga benar adanya jika hasil menunjukkan urin bereaksi negatif pada uji
benedict.
BAB
V
KESIMPULAN
- KESIMPULA
Uji Fehling A dan B
Dari percobaan yang
kami lakukan dapat disimpulkan bahwa pada sampel vitamin C, sukrosa, glukosa,
laktosa, dan glukosa infus menunjukkan hasil positif terhadap uji fehling. hal
tersebut membuktikan bahwa terjadi pembongkaran gugus aldehid pada sampel yang
menghasilkan asam karboksilat, CU2O berupa endapan merah, dan air.
Sedangkan pada sampel pati dan urin menunjukkan hasil negatif terhadap uji
fehling karena konsentrasi gula atau kadar gula yang terdapat pada larutan pati
dan urin sangat rendah sehingga pembongkaran gugus aldehid yang terjadi sangat
kecil dan tidak dapat terlihat.
Uji
Benedict
Dari percobaan yang
telah kami lakukan dapat diambil kesimpulan bahwa sampel glukosa, laktosa,
glukosa infus mengalami reaksi positif. Sukrosa tidak seharusnya bereaksi
positif pada uji benedict. Sampel yang mengalami reaksi negatif pada percobaan
ini yakni vitamin C, pati dan urin. Hal tersebut dikarenakan pada sampel yang
bereaksi positif terdapat gula pereduksi yakni aldehid dan keton dalam keadaan
bebas sedangkan untuk sampel yang bereaksi negatif tidak terdapat hal serupa.
DAFTAR
PUSTAKA
Bahri,syaiful.2013. Penuntun
Praktikum Kimia Dasar II.Palu
: unit pelaksana teknis (upt)
laboratorium dasar Universitas Tadulako
Mahar.jaya.2014.Kimia Pangan (Analisis Karbohidrat) artikel.Malang:Universitas
Brawijaya
Rofiq,Abdul.vol.13,No
4,oktober 2010, hal 113-118.
Aplikasi Portable Brix Meter untuk Pengukuran Indeks Bias Glukosa.Universitas Diponegoro
Karinda,Monalisa.jurnal
ilmiah farmasi-UNSRAT Vol.2 No.01 Februari 2013.Perbandingan Hasil Penetapan Kadar Vitamin C.UNSRAT Manado
LAMPIRAN
No
|
Gambar
|
Keterangan
|
||
1.
|
![]() |
Gambar
peralatan
|
||
Uji
feling
|
||||
|
Sebelum
|
sesudah
|
Keterangan
|
|
2.
|
![]() |
![]() |
Pati
|
|
3.
|
![]() |
![]() |
glukosa
|
|
4.
|
![]() |
![]() ![]() |
Glulosa
infus
|
|
5.
|
![]() |
![]() |
Laktosa
|
|
6.
|
![]() |
![]() |
Vitasimin
C
|
|
7.
|
![]() |
![]() |
Sukrosa
|
|
8.
|
![]() |
![]() |
Urin
|
|
Uji Benedict
|
||||
9.
|
![]() |
![]() |
Pati
|
|
10.
|
![]() |
![]() |
glukosa
|
|
11.
|
![]() |
![]() |
Glulosa
infus
|
|
12.
|
![]() |
![]() |
Laktosa
|
|
13.
|
![]() |
![]() |
Vitasimin
C
|
|
14.
|
![]() |
![]() |
Sukrosa
|
|
15.
|
![]() |
![]() |
Urin
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar