Selasa, 22 Desember 2015

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME UJI KARBOHIDRAT



LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME
UJI KARBOHIDRAT









Disusun oleh:
Kelompok 7

1.      Siti Ropita                   (13030654004)
2.      Ariska Yuniar             (13030654015)
  1. Febrian Deiza I. H.     (13030654019)
  2. May Puspitasari           (13030654032)
5.      Benazir Amalia           (13030654039)
6.      Widya Lestari             (11030654204)

Prodi Pendidikan IPA A 2013
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya
2015
Abstark
Praktikum yang di laksanakan di laboratirium Pend. Sains FMIPA-UNESA bertujuan untuk Untuk menunjukan adanya gugus aldehid dan keton dalam keadaan bebas. Di mana mengunakan metode eksperimen mengunakan uji Fehling A+B dan uji Benedict. Bahan yang di gunakan yaitu glukosa,sukrosa, laktosa, glukosa infus, vitamin C, pati dan urin. Percobaan pertama semple bahan akan di beri Fehling A+B serta percobaan ke dua semple di beri Benedict. Dari data Dari percobaan yang telah kami lakukan dapat diambil bahwa sampel glukosa, laktosa, glukosa infus mengalami reaksi positif. Sukrosa tidak seharusnya bereaksi positif pada uji benedict. pada sampel vitamin C, sukrosa, glukosa, laktosa, dan glukosa infus menunjukkan hasil positif terhadap uji fehling. hal tersebut membuktikan bahwa terjadi pembongkaran gugus aldehid pada sampel yang menghasilkan asam karboksilat, CU2O berupa endapan merah, dan air. Sedangkan pada sampel pati dan urin menunjukkan hasil negatif terhadap uji fehling karena konsentrasi gula atau kadar gula yang terdapat pada larutan pati dan urin sangat rendah sehingga pembongkaran gugus aldehid yang terjadi sangat kecil dan tidak dapat terlihat. Pada uji Benedict samel yang mengalami reaksi negatif pada percobaan ini yakni vitamin C, pati dan urin. Hal tersebut dikarenakan pada sampel yang bereaksi positif terdapat gula pereduksi yakni aldehid dan keton dalam keadaan bebas sedangkan untuk sampel yang bereaksi negatif tidak terdapat hal serupa.

Kata kunci: Fehling A+B,Benedict










BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kita mengenal berbagai jenis karbohidart, baik yang berfungsi sebagai pembangun struktur maupun yang berperan fungsional dalam proses metabolisme. Karbohidrat merupakan senyawa aldehida atau keton yangmempunyai gugus hidroksil. Senyawa-senyawa ini menyusun sebagian besar bahanorganik didunia, karena peran multipelnya pada semua bentuk kehidupan.Karbohidrat bertindak sebagai sumber energi, bahan bakar, dan zat antarametabolisme.Berbagai uji telah dikembangkan untuk analisis baik kualitatif maupunkuantitatif terhadap keberadaan karbohidrat. Mulai dari yang membedakankarbohidrat dari senyawa lain sampai pada yang mampu membedakan jenis-jeniskarbohidrat secara spesifik.Pada percobaan ini, akan melakukan analisa terhadap suatu analit yangmengandung karbohidrat dengan uji fehling dan uji benedict.
B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas di dapat rumusan masalah sebagi berikut:
1.      Bagaimana indikasi adanya gugus aldehid dan keton dalam keadaan bebas pada uji fehling dan uji benedict
C.    Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu :
1.      Untuk menunjukan adanya gugus aldehid dan keton dalam keadaan bebas






BAB II
  DASAR TEORI
A.    Gugus aldehid dan keton



Sebagaimana diketahui bahwa senyawa aldehid, keton dan asam-asam karboksilat adalah senyawa-senyawa yang mengandung gugus karbonil. Semua senyawa ini termasuk turunan dari senyawa hidrokarbon. Perbedaan yang jelas dari ketiga senyawa ini hanya terdapat pada gugus yang lain menempel selain gugus karbonil yaitu gugus H pada aldehid, gugus OH pada asam karboksilat dan gugus alkil pada senyawa keton.
Gambar 2.1 gugus keton,karboksil dan aldehid
Salah satu senyawa aldehid yang sangat penting adalah formaldehid, yaitu jenis senyawa yang sering digunakan untuk bahan penghilang bau dan pengawet. Titik pusat reaksitifitas senyawa aldehid dan keton adalah ikatan pi dari gugus karbonilnya. Seperti senyawa alkena, senyawa aldehid dan keton juga mengalami peristiwa adisi pada ikatan pi-nya. Kereaktifan ini disebabkan oleh adanya muatan positif pada atom karbon yang mengikat gugus karbonil. Makin besar muatan yang berada pada atom karbon itu, maka senyawa semakin reaktif.

B.     Uji Fehling
Uji Fehling Pereaksi ini dapat direduksi selain oleh karbohidrat yang mempunyai sifat mereduksi, juga dapat direduksi oleh reduktor lain. Pereaksi Fehling terdiri atas dua larutan yaitu larutan Fehling A dan larutan Fehling B. Larutan Fehling A adalah larutan CuSO4 dalam air, sedangkan larutan Fehling B adalah larutan garam K-Na-tartrat dan NaOH dalam air. Kedua macam larutan ini disimpan terpisah dan baru dicampur menjelang digunakan untuk memeriksa suatu karbohidrat. Dalam pereaksi ini ion CU2+ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan sebagai Cu2O.




                   2.2 Gambar reaksi uji fehling
Dengan larutan glukosa 1% , pereaksi Fehling menghasilkan endapan merah bata, sedangkan apabila digunakan larutan yang lebih encer misalnya larutan glukosa 0,1%, endapan yang terjadi berwarna hijau kekuningan (Poedjiadi.A, 2006).

C. Uji Benedict
Pereaksi Benedict terdiri dari tembaga sulfat dalam larutan natrium karbonat dan natrium sitrat yang dapat mereduksi glukosa. Dimana glukosa terlebih dahulu dioksidasi dalam bentuk garam asam glukoronat. Reaksi ini juga akan membentuk endapan merah bata Cu2O dan produk oksidasi lainnya. Adapun reaksinya sebagai berikut :
Gambar 2.3 reaksi pereduksi dengan pereaksi benedict (McKee,1996)

D. Karbohidrat
Karbohidrat didefinisikan sebagai senyawa yang unsurunsurnya terdiri dari karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), dengan perbandingan empiris unsur-unsurnya (CH2O)n. senyawa karbohidrat dibagi dalam tiga golongan utama yang terdiri dari monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida.
Monosakarida merupakan suatu senyawa polihidroksi aldehid (aldosa) dan polihidroksil keton. Pada umumnya monosakarida bersifat optis aktif, mudah larut dalam air, berupa zat padat putih, bila dipanaskan akan berbau karamel dan mempunyai sifat mereduksi. Contoh dari senyawa monosakarida yaitu glukosa, galaktosa, fruktosa, dan sebagainya. Oligosakarida terdiri dari dua atau lebih monosakarida yang dihubungkan dengan ikatan glikosida. Senyawa tersebut dapat dihidrolisa dalam suasana asam menghasilkan monosakarida. Contoh dari senyawa ini antara lain adalah sukrosa, laktosa, dan maltosa.

E.  Larutan Sukrosa
Sukrosa merupakan senyawa heterodisakarida yaitu hasil dari penggabungan dua buah unit karbon monosakrida yaitu glukosa dan fruktosa. Sukrosa juga merupakan senyawa non-ionik dalam bentuk bebas dan mempunyai sifat pengemulsi (emulsifying), pembusaan (foaming), deterjensi (detergency) dan pelarutan (solubizing) yang sangat baik.
Gambar 2.4 Struktur kimia dari sukrosa
F.  Vitamin C
Vitamin C (Taylor, 1993) adalah salah satu zat gizi yang berperan sebagai antioksidan dan efektif mengatasi radikal bebas yang dapat merusak sel atau jaringan, termasuk melindungi lensa dari kerusakan oksidatif yang ditimbulkan oleh radiasi. Status vitamin C seseorang sangat tergantung dari usia, jenis kelamin, asupan vitamin C harian, kemampuan absorpsi dan ekskresi, serta adanya penyakit tertentu (Schetman, 1989). Rendahnya asupan serat dapat mempengaruhi asupan vitamin C karena bahan makanan sumber serat dan buah-buahan juga merupakan sumber vitamin C (Narins, 1996).

G.    Glukosa
Glukosa adalah salah satu monosakarida sederhana yang mempunyai rumus molekul C6H12O6 atau H-(C=O)-(CHOH)5-H, dengan lima gugus hidroksi tersusun spesifik pada enam atom karbon.. Kata glukosa diambil dari bahasa Yunani yaitu glukus yang berarti manis, karena memang nyata bahwa glukosa mempunyai rasa manis. Nama lain dari glukosa antara lain dekstrosa, D-glukosa, atau gula buah karena glukosa banyak terdapat pada buah-buahan. Glukosa merupakan suatu aldoheksosa yang mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan.


 





2.5 stuktur tiga dan dua dimensi glukosa

 Dalam biologi, glukosa memegang pernan yang sangat penting, antara lain sebagai sumber energi dan intermediet metabolisme. Glukosa merupakan salah satu produk fotosintesis dan merupakan bahan bakar respirasi seluler. Glukosa berada dalam beberapa struktur yang dapat dibagi menjadi dua stereoisomer





BAB III
METODE PENELITIAN

A.  Jenis Penelitian
Penelitian Uji Fehling dan Uji Benedict termasuk kedalam jenis eksperimen.

B. Rancangan Percobaan
1. Uji Fehling





























 














2. Uji Benedict













IMG_20150518_111648





 









C. Alat dan Bahan
1. Uji Fehling
Alat :
a.    Tabung reaksi                        7 buah
b.    Rak tabung reaksi                 1 buah
c.    Pembakar spirtus                   1 buah
d.   Korek api                              1 buah
e.    Penjepit kayu                        1 buah
Bahan :
a.    Larutan laktosa                     1 ml
b.    Larutan pati                          1 ml
c.    Larutan sukrosa                    1 ml
d.   Larutan glukosa                    1 ml
e.    Larutan vitamin C                 1 ml
f.       Urin normal                         1 ml
g.    Larutan glukosa infus           1 ml
h.    Fehling A                              14 ml
i.        Fehling B                            14 ml

2. Uji Benedict
Alat :
a.       Tabung reaksi                                    7 buah
b.    Rak tabung reaksi                 1 buah
c.    Pembakar spirtus                   1 buah
d.   Korek api                              1 buah
e.    Penjepit kayu                        1 buah
Bahan :
a.    Larutan laktosa                     4 tetes
b.    Larutan pati                          4 tetes
c.    Larutan sukrosa                    4 tetes
d.   Larutan glukosa                    4 tetes
e.    Larutan vitamin C                 4 tetes
f.       Urin normal                         4 tetes
g.    Larutan glukosa infus           4 tetes
h.    Larutan Benedict                  17,5 ml

D. Variabel
a.    Variabel manipulasi                : jenis sampel
Definisi operasional variabel  : jenis sampel yang digunakan yaitu larutan laktosa, larutan pati, larutan sukrosa, larutan glukosa, larutan vitamin C, lurin normal dan larutan glukosa infus.
b.    Variabel kontrol                     : jumlah tetesan pereaksi
Definisi operasional variabel : pereaksi diteteskan dengan perbandingan 1 : 2 : 2
c.    Variabel respon                      : perubahan warna
Definisi operasional variabel  : perubahan warna dan endapan pada larutan sampel setelah ditetesi pereaksi
E. Langkah Kerja
1. Uji Fehling
a.  Memipet larutan sampel, fehling A, serta fehling B dengan perbandingan  1 : 2: 2 dan memasukkan ke dalam tabung teaksi
b. Panaskan dengan nyala api sampai mendidih
c.  Mengamati terjadinya endapan dan perubahan warna
2. Uji Benedict
a.    Memipet 2,5 ml larutan benedict ke dalam tabung reaksi
b.    Menambahkan 4 tetes larutan sampel
c.    Panaskan dengan nyala api sampai mendidih
d.   Mengamati terjadinya endapan dan perubahan warna


F. Alur Kerja
1. Uji Fehling


 









2. Uji Benedict


 













BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
A.    Data
No
Sampel Bahan
Uji Fehling
Uji Benedict
Sebelum dipanaskan
Setelah dipanaskan (ditambah fehling A dan B)
Sebelum dipanaskan
Setelah dipanaskan (ditambah Benedict)
1
Vitamin C
Berwarna Kuning
Merah kehijauan + endapan Oranye
Kuning
Hijau kecoklatan
2
Sukrosa
tidak berwarna
Merah bata + endapan merah bata
Tidak berwarna
Hijau kecoklatan + endapan merah bata
3
Pati
Berwarna putih keruh
Biru, tidak ada endapan
Putih keruh
Biru, tidak ada endapan
4
glukosa
Tidak berwarna
Merah bata + endapan merah bata
Tidak berwarna
Merah bata + endapan merah bata
5
Laktosa
Berwarna putih
Oranye + endapan merah bata
Putih
Hijau muda + endapan kuning
6
Glukosa infus
Tidak berwarna
Merah keoranyean
Tidak berwarna
Oranye kemerahan + endapan merah
7
Urin
Kuning
Biru, tidak ada endapan
Kuning
Biru, tidak ada endapan



B.     Analisis
            Uji Fehling
Berdasarkan percobaan yang kami lakukan, didapatkan hasil bahwa vitamin C sebelum ditambahkan Fehling A & B dan sebelum dipanaskan berwarna kuning. Setelah ditanbahkan Fehling A&B dan dipanaskan, menjadi berwarna merah kehijauan. Sukrosa sebelum ditambahkan fehling A&B dan sebelum dipanaskan tidak berwarna. Setelah ditambahkan fehling A&B dan dipanaskan menjadi berwarna merah bataa dan terdapat endapan berwarna merah bata. Pati sebelum ditambahkan Fehling A&B dan sebelum dipanaskan berwarna putikeruh. Setelah dipanaskan dan ditambahkan fehling A&B menjadi berwarna biru dan tidak ada endapan. Glukosa sebelum ditambahkan fehling A&B dan dipanaskan tidak berwarna, namun setelah ditambahkan fehling A&B dan dipanaskan menjadi berwarna merah bata dan terdapat endapan berwarna merah bata. Laktosa sebelum ditambahkan fehling A&B dan sebelum dipanaskan berwarna putih. Setelah dipanaskan dan ditambahkan Fehling A&B berwarna oranye dan terdapat endapan berwarna merah bata. Glukosa infus sebelum ditambahkan fehling A&B dan sebelum dipaanaskan berwarna tidak berwarna. Setelah ditanbahkan fehling A&B dan dipanaskan menjadi berwarna merah keoranyean. Urin sebelum ditambahkan Fehling A&B dan sebelum dipanaskan berwarna kuning. Setelah ditambahkan fehling A&B dan dipanaskan, urin menjadi berwarna biru dan tidak ada endapan.

Uji Benedict

Pada percobaan ini, kami ingin membuktikan adanya gugus aldehid dan keton dalam keadaan bebas pada suatu bahan. Dalam uji ini, suatu gula reduksi dapat dibuktikan dengan terbentuknya endapan yang berwarna merah bata. Akan tetapi tidak selamanya warna larutan atau endapan yang terbentuk berwarna merah bata, hal ini bergantung pada konsentrasi atau kadar gula reduksi yang dikandung oleh tiap-tiap larutan sampel.
Reaksi positif yang menandakan adanya gugus aldehid dan keton dalam keadaan bebas (gula pereduksi) yaitu terbentuknya endapan warna merah bata. Pada uji ini reaksi negatif juga dapat diketahui dengan berubahnya larutan menjadi berwarna biru dan tidak terbentuk endapan ketika ditambahkan larutan benedict yang kemudian dipanaskan.
Berdasarkan percobaan, sampel yang mengalami reaksi positif pada uji benedict yaitu: sukrosa, glukosa, laktosa dan glukosa infus, sedangkan sampel yang bereaksi negatif yaitu: vitamin C, pati, dan urin. Pada sampel yang bereaksi positif hasil yang ditunjukkan relatif sama, hanya berbeda pada warna larutan. Hal tersebut bergantung pada kadar karbohidrat dalam tiap bahan. Beberapa sampel yang bereaksi negatif menunjukkan hasil yang sama yakni berwarna biru dan tidak terdapat endapan.
  1. Pembahasan
Uji Fehling
Pada uji fehling A dan Fehling B, aldehid akan mereduksi larutan fehling sehingga menghasilkan endapan kuning atau merah bata. Reaksi yang terjadi pada uji fehling adalah aldedid + larutan fehling          Asam karboksilat + Endapan merah bata (Cu2O) + H2O.  Pemanasan dalam reaksi ini bertujuan agar gugus aldehid pada sampel terbongkar ikatannya dan dapat bereaksi dengan ion OH- dan membentuk asam karboksilat. Cu2O (endapan merah bata yang terbentuk merupakan hasil sampingan reaksi pembentukan asam karboksilat.    Fehling  dibuat dengan  mencampurkan  kedua  larutan tersebut, sehingga diperoleh  suatu larutan  yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi Fehling, ion Cu2+ terdapat  sebagai ion kompleks. Pereaksi Fehling dapat dianggap sebagai larutan CuO.Dalam pereaksi ini ion Cu2+ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan sebagai Cu2O.
Hasil percobaan yang kami lakukan dapat diketahui bahwa pada Vitamin C menunjukkan hasil positif terhadap uji fehling karena setelah dipanaskan dan ditambahkan larutan feling, sampel pada vitamin C menunjukkan adanya endapan berwarna oranye. Dengan terbentuknya endapan merah bata, menunjukkan bahwa gugus aldehid pada sampel terbongkar ikatannya dan bereaksi dengan ion OH- dan membentuk asam karboksilat.
Pada larutan sukrosa juga menunjukkan hasil positif terhadapt uji fehling karena setelah ditambahkan larutan fehling dan dipanaskan, sampel pada larutan sukrosa menunjukkan adanya endapan berwarna merah bata. Dengan adanya endapan merah bata, menunjukkan bahwa gugus aldehid pada sampel terbongkar ikatannya dan bereaksi dengan ion OH- dan membentuk asam karboksilat.
Pada larutan pati, menunjukkan hasil negatif terhadap uji fehling. Hal ini ditunjukkan dengan tidak terbentuknya endapan. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor diantaranya konstrasi larutan pati yang dibuat terlalu kecil, atau terjadinya human error saat proses pembuatan larutan pati.
Pada larutan glukosa menunjukkan hasil positif terhadap uji fehling. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perubahan warna menjadi merah bata dan adanya endapan yang berwarna merah bata. Dengan adanya endapan merah bata, dapat diketahui bahwa gugus aldehid yang ada pada sampel terbongkar ikatannya dan bereaksi dengan ion OH- dan membentuk asam karboksilat.
Pada larutan laktosa menunjukkan hasil positif terhadap uji fehling. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perubahan warna menjadi oranye dan terdapat endapan berwarna merah bata. Dengan demikian dapat diketahui bahwa gugus aldehid yang ada pada sampel laktosa terbongkar ikatannya dan bereaksi dengan ion OH- dan membentuk asam karboksilat.
Pada larutan glukosa infus menunjukkan hasil positif terhadap uji fehling. Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya perubahan warna sampel setelah dipansakn menjadi warna merah keoranyean. Namun tidak terdapat endapan pada sampel tersebut setelah dipanaskan. Hal ini disebabkan karena rendahnya konsentrasi glukosa pada glukosa infus.
Pada urin menunjukkan hasil negatif terhadap uji fehling. hal ini ditunjukkan dengan tidak terbentuknya endapan serta tidak terjadinya perubahan warna setelah sampel dipanaskan. Hal tersebut dapat terjadi karena kadar gula yang terdapat pada urin sangat rendah sehingga tidak terjadi pembongkaran gugus aldehid yang ada pada sampel urin.

Uji Benedict

Terjadi reaksi positif pada sampel sukrosa, glukosa, laktosa dan glukosa infus. Terbentuknya endapan merah bata ini sebagai hasil reduksi ion Cu2+ menjadi ion Cu+ oleh suatu gugus aldehid atau keton bebas yang terkandung dalam gula reduksi yang berlangsung dalam suasana alkalis (basa). Sifat basa yang dimilki oleh pereaksi Benedict ini dikarenakan adanya senyawa natrium karbonat. Dalam literatur glukosa dan fruktosa memiliki gugus pereduksi bebas sehingga dapat bereaksi positif dalam uji benedict, sedangkan sukrosa tidak memiliki gugus pereduksi bebas karena sukrosa terdiri dari glukosa dan fruktosa yang berikatan sehingga tidak lagi memiliki gugus pereduksi bebas yang bermutarotasi menjadi rantai terbuka (Sawhney, 2005).  Fruktosa merupakan gugus keton, sedangkan glukosa merupakan gugus aldehid. Gugus keton akan lebih mudah bereaksi daripada gugus aldehid karena gugus keton langsung bisa didehidrasi menjadi furfural. Sedangkan aldehid harus diubah menjadi keton dulu baru kemudian didehidrasi menjadi furfural. Jadi fruktosa lebih cepat bereaksi daripada glukosa. Dalam hal ini terjadi kesalahan pada sampel sukrosa, hal ini dimungkinkan karena sampel sukrosa sendiri yang sudah lama disimpan sehingga mungkin terjadi oksidasi.
Reaksi negatif dialami oleh sampel vitamin C, pati, dan urin. Hal tersebut dikarenakan pati dan vitamin C tidak memiliki gugus karbonil bebas sehingga tidak memilki sifat pereduksi dan memberikan hasil negatif terhadap uji benedict. Pernyataan tersebut tidak berlaku untuk urin, pada urin normal seharusnya tidak ditemukan kandungan karbohidrat. Karbohidrat sangat diperlukan oleh tubuh manusia, sehingga pada pembentukan urin di tahap reabsorbsi zat tersebut termasuk yang diserap kembali. Urin yang mengandung glukosa dapat menjadi tanda adanya penyakit diabetes. Urin yang digunakan pada percobaan ini diketahui merupakan urin normal dari seseorang yang tidak menderita penyakit diabetes sehingga benar adanya jika hasil menunjukkan urin bereaksi negatif pada uji benedict.






















BAB V
KESIMPULAN
  1. KESIMPULA
Uji Fehling A dan B
Dari percobaan yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa pada sampel vitamin C, sukrosa, glukosa, laktosa, dan glukosa infus menunjukkan hasil positif terhadap uji fehling. hal tersebut membuktikan bahwa terjadi pembongkaran gugus aldehid pada sampel yang menghasilkan asam karboksilat, CU2O berupa endapan merah, dan air. Sedangkan pada sampel pati dan urin menunjukkan hasil negatif terhadap uji fehling karena konsentrasi gula atau kadar gula yang terdapat pada larutan pati dan urin sangat rendah sehingga pembongkaran gugus aldehid yang terjadi sangat kecil dan tidak dapat terlihat.

Uji Benedict
Dari percobaan yang telah kami lakukan dapat diambil kesimpulan bahwa sampel glukosa, laktosa, glukosa infus mengalami reaksi positif. Sukrosa tidak seharusnya bereaksi positif pada uji benedict. Sampel yang mengalami reaksi negatif pada percobaan ini yakni vitamin C, pati dan urin. Hal tersebut dikarenakan pada sampel yang bereaksi positif terdapat gula pereduksi yakni aldehid dan keton dalam keadaan bebas sedangkan untuk sampel yang bereaksi negatif tidak terdapat hal serupa.






DAFTAR PUSTAKA
Bahri,syaiful.2013. Penuntun Praktikum Kimia Dasar II.Palu : unit pelaksana teknis (upt) laboratorium dasar Universitas Tadulako
Mahar.jaya.2014.Kimia Pangan (Analisis Karbohidrat) artikel.Malang:Universitas Brawijaya
Rofiq,Abdul.vol.13,No 4,oktober 2010, hal 113-118. Aplikasi Portable Brix Meter untuk Pengukuran Indeks Bias Glukosa.Universitas Diponegoro
Karinda,Monalisa.jurnal ilmiah farmasi-UNSRAT Vol.2 No.01 Februari 2013.Perbandingan Hasil Penetapan Kadar Vitamin C.UNSRAT Manado



















LAMPIRAN
No
Gambar
Keterangan
1.  

Gambar peralatan
Uji feling

Sebelum
sesudah
Keterangan
2.             
Pati
3.             

glukosa
4.             
Glulosa infus
5.             

Laktosa
6.             
Vitasimin C
7.             
Sukrosa
8.             
Urin
Uji Benedict
9.             
 
Pati
10.         
glukosa




11.         




Glulosa infus
12.         
Laktosa
13.         
Vitasimin C
14.         
Sukrosa
15.         
Urin






Tidak ada komentar:

Posting Komentar